PERUBAHAN
DAN ADAPTASI PSIKOLOGIS DALAM MASA KEHAMILAN
1. Perubahan
dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu Hamil Trimester I
Trimester pertama
disebut sebagai masa penentuan dan sering merupakan masa kekhawatiran. Segera
setelah tejadi perubahan, hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan
meningkat dan ini menyebabkan timbulnya rasa mual-mual pada pagi hari, lemah,
lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan
kesedihan. Seringkali pada awal kehamilannya ibu berharap untuk tidak hamil.
Pada trimester pertama
seorang ibu akan mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya
memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu
diperhatikan dengan seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan
rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau
dirahasiakannya.
Hasrat untuk melakukan
hubungan seks pada wanita hamil trimester pertama ini berbeda-beda. Walaupun
beberapa wanita mengalami kegairahan seks yang lebih tinggi, kebanyakan mereka
mengalami penurunan libido selama periode ini. Keadaan ini menciptakan
kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak
wanita merasa kebutuhan untuk dicinta dan merasakan kuat untuk mencintai namun
tanpa seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran
payudara, keprihatinan dan kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal dari
proses kehamilan pada trimester pertama.
Reaksi pertama seorang pria ketika
mengetahui dirinya akan menjadi ayah adalah timbulnya kebanggaan atas
kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya
untuk menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon
ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil dan
menghindari hubungan seks karena takut akan mencederai bayinya. Ada pula pria
yang hasrat seksnya terhadap wanita hamil relatif lebih besar. Disamping respon
yang diperhatikannya, seorang ayah perlu dapat memahami keadaan ini dan
menerimanya.Perubahan psikologis pada trimester I disebabkan karena adaptasi
tubuh terhadap peningkatan hormon progesteron dan estrogen.
Perubahan Psikologis
pada Trimester Pertama, Segera setelah konsepsi kadar hormone progesterone dan
estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan
muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Kondisi ini
membuat para ibu hamil merasa tidak sehat dan sering membenci kehamilan
sehingga mempengaruhi kehidupan psikologis ibu.
Pada trimester pertama
seringkali timbul kecemasan dan rasa kebahagiaan bercampur keraguan dengan
kehamilannya antara ya atau tidak, terjadi fluktuasi emosi sehingga beresiko
tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman, adanya perubahan
hormonal, dan morning sickness. Diperkirakan ada 80% ibu-ibu mengalami perubhan
psikologis, seperti rasa kecewa, sikap penolakan, cemas dan rasa sedih.
Ketidakyakinan atau
Ketidakpastian
Awal
minggu kehamilan, ibu sering merasa tidak yakin dengan kehamilannya. Setiap
wanita memiliki tingkat reaksi yang bervariasi terhadap ketidakyakinan
kehamilannya dan terus berusaha untuk mencari kepastian bahwa dirinya hamil.
Kondisi ini mendorong dia semakin takut atas kehamilan yang terjadi, bahkan
sebagian dari mereka berharap tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa dirinya
tidak hamil.
Ambivalen
Ambivalen
menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat simultan, seperti cinta dan
benci terhadap seseorang, sesuatu, atau keadaan. Setiap wanita hamil memiliki
sedikit rasa ambivalen dalam dirinya selama masa kehamilan. Ambivalen merupakan
respon normal individu ketika akan memasuki suatu peran baru. Beberapa wanita
merasa kondisi ini tidak nyata dan bukanlah saat tepat untuk hamil, walaupun hal
ini telah direncanakan atau diidamkan sebelumnya.
Wanita yang sudah
merencanakan hamil sering berfikir bahwa dirinya membutuhkan waktu yang lama
untuk menerima kehamilan, sehingga merasa khawatir dengan bertambahnya tanggung
jawab dan perasaan akan ketidakmampuannya untuk menjadi orangtua yang baik,
serta takut jika kehamilan ini akan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Beberapa factor yang
menyebabkan perasaan ambivalensi pada ibu-ibu hamil ialah menyangkut pada
perubahan kondisi dirinya sendiri, berusaha untuk menghadapi pengalaman
kehamilan yang buruk, terutama bagi ibu-ibu yang pernah mengalami sebelumnya,
dampak dari kehamilan terhadap kehidupannya kelak (terutama bagi ibu-ibu yang
bekerja atau memiliki karir), perubahan terhadap tanggung jawab yang baru atau
tambahan yang akan ditanggungnya dan kecemasan yang berhubungan dengan
kemampuannya menjadi ibu, masalah keuangan dan sikap penerimaan dari
orang-orang terdekat selama kehamilanya.
Perubahan Seksual
Selama
trimester pertama seringkali keinginan seksual wanita menurun. Factor
penyebabnya berasal dari rasa takut terjadi keguguran sehingga mendorong kedua
pasangan untuk menghindari aktivitas seks. Apalagi jika wanita tersebut
sebelumnya pernah mengalami keguguran. Hasrat seksual pada trimester pertama
sangat bervariasi antara wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita
mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama
merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan jika pun terjadi diantara
mereka harus terlebih dahulu berkomunikasi sebelum melakukannya. Kondisi ini
terkadang digunakan suami untuk memberikan kebutuhan kasih saying yang besar
dan cinta kasih tanpa seks.
Fokus pada Diri Sendiri
Awal
kehamilan, pusat pikiran ibu berfokus pada dirinya sendiri, bukan pada janin.
Ibu merasa bahwa janin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri ibu.
Kondisi ini mendorong ibu-ibu hamil untuk menghentikan rutinitasnya yang penuh
tuntutan social dan tekanan agar dapat menikmati waktu kosong tanpa beban
sehingga sebagian besar dari ibu banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur.
·
Perubahan Emosional
Perubahan
emosional pada trimester I ditandai dengan adanya penurunan kemauan seksual
karena letih dan mual, perubahan suasana hati, seperti depresi atau khawatir,
ibu mulai berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada
bentuk penampilan diri yang kurang menarik.
Goncangan Psikologis
Kejadian goncangan jiwa
diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester pertama dan lebih tertuju pada
kehamilan pertama. Menurut Kumar dan Robson (1978) diperkirakan ada sekitar 12%
wanita yang mendatangi klinik menderita depresi terutama pada mereka yang ingin
menggugurkan kandungan. Perubahan psikologis yang terjadi pada fase kehamilan
trimester pertama lebih banyak berasal pada pencapaian peran sebagai ibu.
Kehamilan pada
trimester pertama cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui seorang
ibu dalam mencapai perannya (taking on stage). Ibu akan selalu mencari
tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya memang hamil, sehingga dia lebih
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Perutnya yang masih
kecil dinilai sebagai rahasia seorang ibu yang akan diberitahukannya kepada
suaminya.
Stres
Kemungkinan stress yang
terjadi pada kehamilan trimester pertama bias berdampak negative dan positif,
dimana kedua stress ini dapat memengaruhi perilaku ibu. Terkadang stress
tersebut bersifat intrinsic dan ekstrinsik. Stress intrinsic berhubungan dengan
tujuan pribadi ibu, dimana dia berusaha untuk membuat sesempurna mungkin
kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Stress ekstrinsik timbul karena
factor eksternal seperti sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
Menurut Burnard (1991)
stress selama masa reproduksi berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam
mengatasi stress, stress yang bersumber dari pihak lain, stress yang disebabkan
penyesuaian terhadap tekanan social. Stress seorang ibu hamil yang berasal dari
dalam diri berkenaan dengan perasaan gelisah terhadap kemampuannya untuk bisa
beradaptasi dengan kondisi kehamilannya.
Berdasarkan uraian di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan psikologis yang terjadi pada
trimester pertama ialah (a) merasa tidak sehat dan benci kehamilannya, (b)
selalu memperhatikan setiap perubahan pada tubuhnya, (c) mencari tanda-tanda
untuk meyakinkan bahwa dirinya sedang hamil, (d) mengalami gairah seksual yang
lebih tinggi tetapi energi libidonya menurun, (e) rasa khawatir atas kehilangan
penampilan bentuk tubuh, (f) membutuhkan sikap penerimaan atas kehamilannya dari
anggota keluarga besarnya dan (g) adanya ketidakstabilan emosi dan suasana hati
(Sulistyawati, 2009).
2.
Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada
Ibu HamilTrimester II
Trimester II sering
disebut sebagai periode pancaran kesehatan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan
kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil pun sudah
berkurang. Perut ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai
beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan
pikirannya secara lebih konstruktif.
Pada trimester ini pula
ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu yang merasa terlepas dari
kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester
pertama dan nafsu makan ibusudah kembali seperti biasa. Kebanyakan wanita
merasa lebih erotis selama trimester kedua, hampir 80% wanita hamil mengalami
peningkatan dalam hubungan seks dibandingkan pada trimester pertama dan sebelum
kehamilan. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari ketidaknyamanan fisik,
ukuran perut belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina lebih banyak dan hal
yang menyebabkan kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari
perhatian ibunya menjadi mencari perhatian pasangannya, semua faktor ini
berperan pada meningkatnya libido dan kepuasan seks.
Ibu merasa bahwa bayi
yang dikandungnya sebagai individu
yang merupakan bagian dari dirinya,
kesadaran yang baru ini menimbulkan perubahan dalam memusatkan dirinya ke
bayinya. Pada saat ini jenis kelamin bayi tidak begitu penting, perhatian
ditujukan pada kesehatan bayi dan kehadirannya dalam keluarga.
Hubungan sosial
meningkat dengan wanita hamil lainnya atau yang baru menjadi ibu dan
ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan
untuk peran baru. Tubuh ibu sudah beradaptasi dengan kadar hormon yang lebih
tinggi, sehingga merasa lebih sehat dibandingkan dengan trimester I.
Perubahan psikologis
pada trimester kedua, secara umum periode trimester kedua dikelompokkan menjadi
dua fase, yakni prequickeckening (sebelum ada pergerakan janin yang dirasakan
ibu) dan postquickening (setelah ada pergerakan janin yang dirasakan ibu).
Fase Pre Quickening
Selama akhir trimester
pertama dan masa prequickening pada trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi
segala aspek yang telah terjadi selama hamil. Disini ibu menganalisa dan
mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang terjadi dan
menjadikannya sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan interaksi sosial dengan
bayi yang akan dilahirkannya.
Perasaan menolak terhadap
sikap negatif dari ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada dirinya, kecuali
bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang
mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang terjadi dalam masa
pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima kaih sayang
(dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu).
Transisi ini memberikan pengertian bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya
sebagai ibu yang penuh kasih sayang kepada anak-anak yang akan dilahirkannya
kelak.
Fase Post Quickening
Setelah ibu hamil
merasakan quickening, maka identitas keibuan semakin jelas. Ibu akan fokus pada
kehamilannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi peran baru sebagai seorang
ibu. Terkadang perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran
lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali
dan wanita karir. Oleh sebab itu, ibu harus diberikan pengertian bahwa dia
tidak harus membuang segala peran yang diterima sebelum masa hamilnya.
Pada wanita multi
gravida, peran baru menggambarkan bagaimana dia bisa menjelaskan hubungan
dengan anaknya yang lain dan bagaimana jika dia harus meninggalkan rumah untuk
sementara waktu disaat proses persalinan. Pergerakan bayi membantu ibu
membangun konsep bahwa bayinya adalah makhluk hidup yang terpisah dari dirinya.
Hal ini menyebabkan perubahan fokus pada bayinya.
Bentuk-bentuk reaksi
psikologis pada trimester kedua, untuk trimester kedua kehidupan psikologis ibu
hamil tampak lebih tenang dan mulai dapat beradaptasi, perhatian mulai beralih
pada perubahan bentuk tubuh, kehidupan seksual, keluarga, dan hubungan batiniah
dengan bayi yang dikandungnya, serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan
figur ibu, melihat, dan meniru peran ibu. Selain itu, ketergantungan ibu hamil
kepada pasangan juga semakin meningkat seiring dengan perkembangan
kehamilannya.
Rasa Khawatir
Kadang kala ibu
khawatir bahwa bayi akan lahir sewaktu-waktu. Hal ini menyebabkan adanya
peningkatan kewaspadaan atas timbulnya tanda-tanda persalinan. Ibu seringkali
merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.
Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan menghindari orang atau
benda yang dianggap membahayakan bayi. Ibu mulai merasa takut atas rasa sakit
dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat melahirkan.
Perubahan Emosional
Perubahan emosional
trimester II terjadi pada bulan kelima kehamilan terasa nyata karena bayi sudah
mulai bergerak sehingga dia mulai memperhatikan bayi dan memikirkan apakah
bayinya akan dilahirkan sehat atau cacat. Rasa kecemasan seperti ini terus
meningkat seiring bertambah usia kehamilannya.
Keinginan untuk
Berhubungan seksual
Ada satu lagi perubahan
yang terjadi pada trimester kedua yang harus diimbangi untuk mengatasi
ketidaknyamanan ialah peningkatan libido. Kebanyakan calon orang tua khawatir
jika hubungan seks dapat memengaruhi kehamilan. Kekhawatiran yang paling sering
diajukan ialah kemungkinan bayi diciderai oleh penis, orgasme ibu, atau ejakulasi.
Yang perlu diketahui
bahwa hubungan seksual pada masa hamil tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Janin tidak akan terpengaruh karena berada di area belakang serviks dan
dilindungi cairan amniotik dalam uterus. Namun dalam beberapa kondisi hubungan
seks selama trimester kedua tidak diperbolehkan, mencakup plasenta previa dan
ibu dengan riwayat persalinan prematur.
Selain itu mekanisme
fisik untuk saling merapat dalam hubungan seksual akan menjadi sulit dan kurang
nyaman, misalnya berbaring terlentang dan menahan berat badan suami. Namun
dengan mengkreasi posisi yang menyenangkan masalah ini bisa diatasi. Walaupun
sebagian ibu hamil merasakan seks selama hamil terasa meningkat, tidak semua
libido wanita akan meningkat pada trimester kedua. Perubahan tingkat libido
disebabkan variasi perubahan hormonal.
Mengenai strategi
pemilihan posisi saat berhubungan seks ini sangat beragam, semua tergantung
pada kesiapan fisik dan psikis dari kedua pihak. Bagi sebagian perempuan,
kehamilan justru meningkatkan dorongan seks, tetapi bagi sebagian lain tidak
berpengaruh. Sementara bagi perempuan yang lain, kehamilan justru menekan atau
menurunkan dorongan seks. Namun, perlu kita ketahui bahwa hubungan seks saat
ibu hamil pada dasarnya dipengaruhi kepercayaan yang telah dimiliki kedua
pasangan tentang perilaku seksual, kondisi fisik dan emosi (Kusmiyati, 2010).
3. Perubahan
dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu HamilTrimester III
Trimester ketiga
seringkali disebut periode penantian/menunggu dan waspada sebab pada saat itu
ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya
perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu
merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu, ini menyebabkan ibu
mengingatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan.
Ibu juga merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
Ibu seringkali merasa
khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang dilahirkannya tidak normal. Ibu
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya, ibu lebih sering
bermimpi tentang bayinya, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi atau terjebak
di suatu tempat kecil dan tidak bisa keluar. Kebanyakan ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang
dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan
rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa
khawatir akan keselamatannya.
Rasa tidak nyaman
akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang
merasa dirinya aneh dan jelek, sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari
pasangannya. disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan terpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil, terdapat
perasaan mudah terluka (sensitif). Hasrat seksual tidak setinggi pada trimester
kedua karena abdomen merupakan sebuah penghalang. Posisi alternatif untuk
hubungan seksual dan metode alternatif yang memberikan kepuasan seksual mungkin
membantu atau malah menimbulkan perasaan bersalah jika ada ketidaknyamanan
dalam berhubungan seksual. Bersikap terbuka dengan pasangan atau konsultasi
dengan bidan atau tenaga kesehatan lain adalah hal yang penting. Trimester
ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua,
bahkan mereka juga memilih sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkan.
Keluarga mulai menduga-duga apakah bayinya laki-laki atau perempuan dan akan
mirip siapa. Trimester III merupakan periode penantian/menunggu dan merupakan
saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua.
Perubahan psikologis
pada trimester ketiga, perubahan psikologis ibu hamil periode trimester
terkesan lebih kompleks dan lebih meningkat kembali dari trimester sebelumnya.
Hal ini dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak
jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah
terserang rasa lelah atau kehidupan emosi yang fluktuatif.
Rasa Tidak Nyaman
Rasa tidak nyaman
akibat kehamilan akan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang
merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena
akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama
hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan.
Perubahan Emosional
Perubahan emosional
trimester III terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya gembira
bercampur takut karena kehamilan telah mendekati persalinan. Rasa
kekhawatirannya terlihat menjelang melahirkan, apakah bayi lahir sehat dan
tugas-tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran (Sulistyawati, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar