ASKEB II RESUSITASI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Praktik resusitasi bayi baru lahir
mengalami perkembangan yang pesat dalam 40tahun
terakhir. Secara teoritis, fasilitas dan tenaga ahli resusitasi
harus tersedia di tempat kelahiran bayi, baik di rumah sakit maupun di rumah.
Resusitasi bayi baru lahir harus mengikuti pendekatan yang sistematis.
Resusitasi dasar dilakukan dan diteruskan dengan resusitasi lanjutan
hanya apabila bayi tidak membaik.
Waktu adalah hal yang paling
penting. Keterlambatan resusitasi akan membahayakan bayi. Bertindaklah
dengan cepat, akurat dan lembut. Tindakan dianjurkan untuk setiap situasi
spesifik. Setelah tindakan dilakukan, evaluasi ulang harus dilakukan dan
tindakan selanjutnya dikerjakan sampai situasi stabil tercapai. Hal ini
merupakan prinsip resusitasi yang sederhana dan sering diabaikan.
Tiga parameter kunci yang perlu dievaluasi adalah frekuensi
jantung, aktifitas pernapasan dan warna kulit.
Sementara asfiksia saat lahir merupakan alasan utama
untuk resusitasi bayi baru lahir,terjadi sejumlah situasi lain diruang bersalin
yang membutuhkan tindakan tambahan.
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu
siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak
dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya
pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir
dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.
1.2.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan
memahami pengertian resusitasi.
2. Memahami
tujuan resusitasi.
3. Memahami
serangkaian tindakan resusitasi pada bayi baru lahir.
4. Mengetahui dan
memahami cara melakukan resusitasi pada bayi asfiksia.
5. Mengetahui dan
memahami cara melakukan resusitasi dengan air ketuban bercampur mekonium.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Resusitasi
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan
fungsi sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu
sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula (FKUI, 2002,).
Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada
bayi baru lahir adalah terjadinya asfiksia. Tiga kondisi patofisiologis yang
menyebabkan asfiksia yaitu kurangnya oksigenasi sel, retensi karbondioksida
yang berlebihan, dan asidosis metabolik. Kombinasi dari ketiga hal tersebut
menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak coock dengan
kehidupan.
2..2 Tujuan Resusitasi
Resusitasi pada bayi baru lahir ( BBL
) bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di kemudian
hari. Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong tunggal persalinan karena
disamping menangani ibu bersalin, ia juga harus menyelamatkan bayi yang
mengalami asfiksia.
2.3. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru
lahir setiap menolong persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu
yang sangat berharga, walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera
bernafas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang
diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk
resusitasi dan persiapan diri(bidan).
1. Persiapan Keluarga
Sebelum
menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan persalinan yang dilakukan oleh
penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang
diperlukan.
2. Persiapan Tempat
Resusitasi
Persiapan
yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi yaitu menggunakan
ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi sebaiknya dekat dengan
pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka). Ruangan
yang hangat akan mencegah bayi hipotermi. Untuk sumber pemancar panas gunakan
lampu 60 watt atau lampu petromak, nyalakan lampu menjelang persalinan. Tempat
resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering misalnya meja, dipan, atau
diatas lantai beralas tikar. Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk
kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.
3. Persiapan Alat
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan
alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan
siap pakai, yaitu :
a. Kain 1
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan bayi
baru lahir yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir.
a) Sebelum persalinan akan
menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Bayi
dikeringkan di atas perut ibu apabila tali pusat panjang, dapat digunakan
untuk bayi asfiksia pula.
b) Apabila tali pusat pendek, bayi
dapat diletakkan di depan perineum ibu setelah lahir sampai tali
pusat telah diklem dan dipotong kemudian jika perlu lakukan tindakan
resusitasi.
Pada prinsipnya penggunaan kain ini ditujukan agar
bayi kering dan hangat dan boleh diletakkan diatas perut ibu atau didekat
perineum ibu.
b. Kain 2
Fungsi kain kedua adalah untuk menyelimuti/membungkus
bayi baru lahir agar tetap kering dan hangat, dan mengganti kain pertama yang
basah sesudah bayi dikeringkan. Kain ini diletakkan diatas tempat resusitasi
digelar menutupi permukaan yang rata.
c. Kain 3
Fungsi kain ketiga adalah untuk mengganjal
bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi kepala bayi. Kain
digulung setebal kira-kira 3cm dan bisa disesuaikan untuk mengatur
posisi kepala bayi agar sedikit tengadah. Kain ketigadiletakkan dibawah kain
kedua yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
d. Alat
resusitasi
Kotak alat resusitasi yang berisi alat
penghisap lendir delee/bola karet dan alat resusitasi tabung dan sungkup
diletakkan dekat tempat resusitasi. Maksudnya agar mudah diambil sewaktu–waktu
dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Alat
penghisap lendir DeLee adalah alat yang digunakan untuk menghisap lendir khusus
untuk BBL. Tabung dan sunkup/balon dan sungkup merupakan alat yang sangat
penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapakan sungkup dalam
keadaan terpasang dan steril. Tabung/balon serta sungkup dan alat penghisap
lendir DeLee dalam keadaan steril, dan disimpan dalam kotak
alat resusitasi.
e. Sarung
tangan
f. Jam atau
pencatat waktu
4. Persiapan Diri
Lindungan dari infeksi dengan cara :
a. Memakai alat pelindung
diri pada persalinan (celemek plastik dan sepatu tertutup)
b. Lepaskan
perhiasan seperti cincin, jam tangan sebelum cuci tangan
c. Cuci
tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan
gliserin.
d. Keringkan
dengan kain/tisu bersih
e. Selanjutnya
gunakan sarung tangan (handscoon) sebelum menolong persalinan.
2.4. Keputusan Resusitasi pada Bayi Baru Lahir
Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk
mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi, yaitu :
Penilaian
|
Sebelum bayi lahir.
Apakah kehamilan cukup bulan?
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah
Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna
kehijauan) ?
Segera setelah bayi lahir
Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan
teratur, bernafas megap-megap atau tidak bernafas?
Menilai apakah tonus otot baik?
|
Keputusan
|
Memutuskan bayi perlu resusitasi bila :
Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi tidak
bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot bayi tidak baik.
Air ketuban bercampur mekonium
|
Tindakan
|
Mulai lakukan resusitasi segera bila :
Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi tidak
bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot bayi tidak baik :
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir
Bila air ketuban bercampur mekonium : lakukan
resusitasi dengan managemen air ketuban bercampur mekonium.
|
Penilaian bayi segera setelah bayi baru lahir
sangat penting dilaukan dengan jalan menghadapkan bayi kearah penolong agar
dapat mengamati. Lakukan penilaian cepat dalm 0 menit apakah bayi bernafas,
bernafas megap-megap atau tidak bernafas, sambil meletakkan dan menyelimuti
bayi di atas perut ibu atau dekat perineum. Penilaian ini menjadi
dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
Apabila dalam penilaian bayi baru lahir langsung menangis
atau bernafas spontan dan teratur, segera lakukan asuhan bayi baru lahir.
Segera potong tali pusat, keringkan bayi, tidak perlu penghisapan jalan nafas,
dekatkan segera bayi pada payudara ibu dan berikan ASI dini (kontak kulit bayi
dengan kulit ibu).
Nilai atau skor Apgar tidak digunakan sebagai dasar
keputusan, untuk tindakan resusitasi. Penilaian harus dilakukan segera sehingga
keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian Apgar, tetapi cara Apgar tetap
dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit
setelah kelahiran.
Dalam Manajemen Asfiksia, proses penilaian sebagai
dasar pengambilan keputusan bukanlah suatu proses sesaat yang dilakukan satu
kali. Setiap tahapan manjemen asfiksia, senantiasa dilakukan penilaian untuk membuat
keputusan, tindakan yang apa yang tepat dilakukan.
2.5. Tindakan Resusitasi
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL
perlu resusitasi, tindakan harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan dapat
membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang kering. Pemotongan tali pusat
dapat dilakukan di atas perut ibu atau di dekat perineum.
a. Pemotongan
tali pusat di atas perut ibu
Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkab
bayi di atas kain yang ada di perut ibu dengan posisi kepala lebih
rendah(sedikit ekstensi), lalu selimuti dengan kain, bagian dada dan perut
dibuka kemudian lakukan pemotongan tali pusat. Tali pusat tidak usah diikat
dahulu dan tidak dibubuhkan apapun dan tidak dibungkus.
b. Pemotongan
tali pusat di dekat perineum
Bila tali pusat sangat pendek, letakkan bayi baru
lahir yang telah dinilai di stas kain bersih dan kering pada tempat yang telah
disiapkan dekat perineum ibu, kemudian lakukan pemotongan tali pusat.
2.5.1. Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir
A. Tahap Awal
Sambil melakukan langkah awal:
1. Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya
memerlukan bantuan untuk memulai bernapas.
2. Minta keluarga mendampingi ibu (memberi dukungan
moral, menjaga dan melaporkan kepada penolong apabila terjadi perdarahan).
Lakukan langkah awal bila bayi tidak cukup
bulan dan atau bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap, dan
atau tonus otot tidak baik. Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam
waktu 30 detik). langkah awal yang perlu dilakukan dalam waktu 30
detik adalah :
1). Jaga bayi tetap hangat
a. Letakkan bayi diatas
kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum
b. Selimuti bayi dengan kain
tersebut, potong tali pusat
c. Pindah bayi keatas kain
ditempat resusitasi
d. Jaga bayi tetap diselimuti dan
dibawah pemancar panas
2). Atur posisi bayi
a. Baringkan bayi terlentang
dengan kepala didekat penolong
b. Ganjal bahu agar kepala
sedikit ekstensi
3). Hisap lendir
Gunakan alat penghisap lendir delee dengan cara
sebagai berikut :
a. Hisap lendir mulai dari
mulut dulu kemudian dari hidung
b. Lakukan penghisapan saat
alat penghisap ditarik keluar. Tidak pada waktu memasukkan
c. Jangan lakukan penghisapan
terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm
kedalam hidung) hal itu akan menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat
atau bayi tiba-tiba berhenti nafas.
4). Keringkan dan rangsang bayi
a. Keringkan bayi mulai dari
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit bantuan. Rangsangan ini
dapat membantu bayi baru lahir mulai bernafas atau tetap bernafas.
b. Lakukan rangsangan taktil
dengan cara : menepuk atau menyentuh telapak kaki kemudian menggosok punggung,
perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan penolong.
5). Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
a. Ganti
kain yang telah basah dengan kain dibawahnya
b. Bungkus bayi
dengan kain tersebut jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau
pernafasan bayi.
c. Atur
kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi
6). Lakukan penilaian bayi
a. Bila bayi bernafas normal,
berikan bayi kepada ibunya kemudian letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti
keduanya untuk penghangatan dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu lalu
anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil membelai.
b. Bila bayi tidak bernafas atau
megap-megap mulai lakukan ventilasi bayi.
B. Tahap ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan untuk memasukkan
sejumlah volume udara kedalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli
paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkah ventilasi :
1). Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut
dan hidung bayi sehingga tidak ada kemungkinan udara bocor.
2). Ventilasi 2 kali
a. Lakukan tiupan dengan tekanan 30
cm air
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli
paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
b. Lihat apakah
dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang periksa posisi kepala,
pastikan posisi sudah ekstensi kemudian periksa posisi sungkup dan pastikan
tidak ada udara yang bocor. Setelah itu periksa cairan atau lendir dimulut bila
ada lendir atau cairan lakukan penghisapan. Lakukan tiupan 2 kali dengan
tekanan 30 cm air(ulangan), bila dada mengembang, lakukan tahapan berikutnya.
3). Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
a. Lakukan tiupan 20 kali
dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
b. Pastikan dada mengembang,
setelah 30 detik lakukan penilaian ulang nafas
c. Bila bayi sudah bernafas
normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi.
d. Bila bayi belum bernafas atau
megap-megap, lanjutkan ventilasi.
4). Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan
penilaian
a. Lanjutkan ventilasi 20
kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
b. Hentikan ventilasi setiap 30
detik
c. Lakukan penilaian bayi
apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap.
d. Bila bayi sudah bernafas normal,
hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama.
e. Bila bayi tidak bernafas
atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan
penilaian setiap 30 detik.
5). Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal
sesudah 2 menit ventilasi
a. Jelaskan kepada ibu apa
yang terjadi dan mengapa
b. Mintalah keluarga untuk
mempersiapkan rujukan
c. Teruskan ventilasi selama
mempersiapkan rujukan
6). Lanjutkan ventilasi, sambil memeriksa
denyut jantung bayi
a. Lanjutkan ventilasi sampai
20 menit
b. Hentikan ventilasi sesudah
20 menit tak berhasil.
C. Asuhan Pascaresusitasi
Setalah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan
pascaresusitasi yang merupakan perawatan intensis selama 2jam pertama. Penting
sekali pada tahap ini dilakukan konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara
intensif serta pencatatan. Asuhan yang diberikan sesuai dengan hasil resusitasi
yaitu:
a. Jika
resusitasi berhasil
b. Jika perlu
rujukan
c. Jika
resusitasi tidak berhasil
2.5.2. Tindakan Resusitasi BBL jika Air Ketuban
Bercampur Mekonium
Mekonium merupakan tinja pertama dari BBL. Mekonium
kental pekat dan berwarna hijau tua atau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan
mekonium pertama kali pada 12-24 jam pertama. Kira-kira pada 15% kasus,
mekonium dikeluarkan bersamaan dengan cairan ketuban beberapa saat sebelum
persalinan. Hal ini menyebabkan warna kehijauan pada cairan ketuban. Mekonium
jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium terlihat sebelum
persalinan bayi dengan presentasi kepala, lakukan pemantauan ketat karena hal
ini merupakan tanda bahaya.
Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan
sebelum persalinan. Kadang-kadang hal ini terkait dengan kurangnya pasokan
oksigen (hipoksia). Hipoksia kan meningkatkan peristaltik usus dan relaksasi
sfingter ani sehingga isi rektum (mekoneum) diekskresikan. Bayi-bayi dengan
risiko tinggi gawat janin (misal; Kecil untuk Masa Kehamilan/KMK atau Hamil
Lewat Waktu) ternyata air ketubannya lebih banyak tercampur oleh mekonium
(warna kehijauan) dibandingkan dengan air ketuban pada kehamilan normal.
Hipoksia dapat menimbulkan refleks respirasi bayi di
dalam rahim sehingga mekonium yang tercampur dalam air ketuban dapat terdeposit
di jaringan paru bayi. Mekonium dapat juga masuk ke paru jika bayi tersedak
saat lahir. Masuknya mekonium ke jaringan paru bayi dapat menyebabkan pneumonia
dan mungkin kematian.
2.5.2.1. Langkah-langkah Resusitasi Bayi Baru
Lahir dengan Air Ketuban Bercampur Mekonium
Langkah-langkah Resusitasi Bayi Baru Lahir jika Air
Ketuban Bercampur Mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak
bercampur mekonium, hanya berbeda pada:
Setelah seluruh badan bayi lahir, lakukan penilaian
apakah bayi menangis/bernapas normal/megap-megap/tidak bernapas?
1. Jika menangis atau
bernapas normal, potong tali pusat dengan cepat, dilanjutkan langkah awal.
2. Jika megap-megap atau
tidak bernapas, buka mulut lebar, usap mulut dan isap lendir, potong tali
pusat, dilanjutkan dengan langkah awal.
Pemotongan tali pusat dapat merangsang pernapasan
bayi, apabila masih ada air ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bisa
tersedak(aspirasi).
2.6. Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pascaresusitasi adalah pelayanan kesehatan
pascaresusitasi yang diberikan baik kepada BBL ataupun ibu dan keluarga.
Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemantauan, asuhan BBL, dan
konseling.
Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan
keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi
dilakukan pada keadaan:
1. Resusitasi
Berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah
ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan.
2. Resusitasi
tidak/kurang berhasil, bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum
bernapas atau bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan
ternyata kondisinya makin memburuk
3. Resusitasi
gagal: setelah 20 menit di ventilasi, bayi gagal bernapas.
2.6.1. Resusitasi berhasil
1. Konseling:
a. Jelaskan pada ibu dan
keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan
yang diajukan.
b. Ajarkan ibu cara menilai
pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan, segera
hubungi penolong.
c. Anjurkan ibu segera
memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan pernapasan perlu banyak
energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok energi yang dibutuhkan
d. Anjurkan ibu untuk menjaga
kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode Kangguru).
e. Jelaskan pada ibu dan
keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh
pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
2. Pemantauan
tanda-tanda Bahaya pada Bayi
a. Tidak
dapat menyusu
b. Kejang
c. Mengantuk
atau tidak sadar
d. Merintih
e. Retraksi
dinding dada bawahSianosis sentral
Rujuk segera bila ada
salah satu tanda-tanda bahaya di atas, sebelum dirujuk lakukan
tindakan pra rujukan
3. Pemantauan dan
Perawatan Tali Pusat
a. Memantau
perdarahan tali pusat,jika ikatan lepas betulkan oleh bidan
b. Menjelaskan
perawatan tali pusat yang benar pada ibu an keluarga
4. Bila Napas
Bayi dan Warna Kulit Normal,Berikan Bayi Kepada Ibunya
a. Meletakkan
bayi di dada ibu (kulit ke kulit),menyelimuti keduanya
b. Membantu ibu
untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
c. Menganjurkan
ibu mengusap bayinya dengan kasih sayang
5. Pencegahan
Hipotermi
a. Membaringkan
bayi dalam ruangan >25 0 C bersama ibunya
b. Mendekap bayi
dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin
c. Menunda
memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
d. Menimbang BB
terselimuti, kurangi berat selimut
e. Menjaga
bayi tetap hangat selama pemeriksaan,buka selimut bayi sebagian-sebagian.
6. Pemberian
Vitamin K1
a. Memberikan
suntikan Vitamin K1 di paha kiri anterolateral 1 Mg IM
7. Pencegahan
Infeksi
a. Memberikan
salep mata antibiotika
b. Memberikan
imunisasi Hep.B di paha kanan 0,5mL IM, 1 jam setelah pemberianvitamin K 1
c. Memberitahu
ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi
8. Pemeriksaan
Fisik
a. Mengukur
panjang badan dan lingkar kepala bayi
b. Melihat dan
meraba kepala bayi
c. Melihat
mata bayi
d. Melihat mulut
dan bibir bayi
e. Melihat
dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung jumlah jari
f. Melihat
alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan
g. Memastikan
adanya lubang anus & uretra,adakah kelainan
h. Memastikan
adakah BAB & BAK
i. Melihat
dan meraba tulang punggung bayi
Setelah bidan tinggal bersama keluarga bayi untuk
memantau bayi minimal 2 jam pertama.
9. Pencatatan dan
Pelaporan
a. Melakukan
pencatatan dan pelaporan kasusSebagaimana pada setiap persalinan, istilah
partograf secara lengkap yang mencakupidentitas ibu, riwayat kehamilan,
jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi janin dankondisi BBL . Penting sekali
dicatat DJJ , oleh karena sering kali asfiksia bermula darikeadaan gawat janin
pada persalinan. Apabila didapatkan gawat janin tuliskan apayang
dilakukan. Saat ketuban pecah perlu dicatat pada partograf dan
berikan penjelasan. Bila bayi mengalami asfiksia selain dicatat pada
partograf perlu di buatcatatan khusus di buku harian atau buku catatan, cukup
ditulis tangan.U sahakan agar mencatat secara lengkap dan jelas :
1. Nama ibu, tempat, tanggal
melahirkan dan waktunya
2. Kondisi janin/bayi
a. Apakah ada gawat janin
sebelumnya?
b. Apakah air ketuban
bercampur mekonium?
c. Apakah bayi menangis
spontan, bernafas teratur, megap-megap atau tidak bernapas?
d. Apakah tonus otot baik?
3. Waktu mulai resusitasi
4. Langkah resusitasi yang
dilakukan
5. Hasil resusitasi
2.6.2. Asuhan
pada Bayi yang Memerlukan Rujukan
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera
rujuk ke fasilitas rujukan.
Tanda-tanda Bayi yang memerlukan rujukan sesudah
resusitasi
1. Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per
menit atau lebih dari 60 kali per menit
2. Adanya retraksi (tarikan) interkostal
3. Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau
megap- megap (bising napas inspirasi)
4. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
5. Bayi lemas
1. Konseling
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya
perlu dirujuk. Bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan ibu atau keluarganya.
2. Minta keluarga untuk menyiapkan sarana
transportasi secepatnya. Suami atau salah seorang anggota keluarga juga diminta
untuk menemani ibu dan bayi selama perjalanan rujukan.
3. Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang
dituju tentang kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru
melahirkan bayi yang sedang dirujuk.
4. Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain
yang diperlukan selama perjalan ke tempat rujukan.
2. Asuhan bayi baru
lahir yang dirujuk
1. Periksa keadaan bayi selama perjalanan
(pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan catatan medik.
2. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup
kepala bayi dan bayi dalam posisi “Metode Kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu
bersama bayi dalam satu selimut.
3. Lindungi bayi dari sinar matahari.
4. Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI
segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan gangguan napas, dan kontraindikasi
lainnya
3. Asuhan
lanjutan
Merencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang
dari tempat rujukkan akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan
oleh ibu dan bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka hal tersebut
dapat dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap terjaga.
2.6.3. Resusitasi
tidak berhasil
Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan
resusitasi dilakukan maka hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami
gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan
keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat Secara hati-hati dan bijaksana,
ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta
berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
1. Dukungan moral
Bicaralah dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan
resusitasi dan rencana rujukan yang telah didiskusikan sebelumnya ternyata
belum memberi hasil seperti yang diharapkan. Minta mereka untuk tidak larut
dalam kesedihan, seluruh kemampuan dan upaya dari penolong (dan fasilitas
rujukan) telah diberikan dan hasil yang buruk juga sangat disesalkan bersama,
minta agar ibu dan keluarga untuk tabah dan memikirkan pemulihan kondisi ibu.
Berikan jawaban yang memuaskan terhadap setiap pertanyaan yang diajukan ibu dan
keluarganya. Minta keluarga ikut membantu pemberian asuhan lanjutan bagi ibu
dengan memperhatikan nilai budaya dan kebiasaan setempat. Tunjukkan kepedulian
atas kebutuhan mereka. Bicarakan apa yang selanjutnya dapat dilakukan terhadap
bayi yang telah meninggal.
Ibu mungkin merasa sedih atau bahkan menangis.
Perubahan hormon saat pascapersalinan dapat menyebabkan perasaan ibu menjadi
sangat sensitif, terutama jika bayinya meninggal. Bila ibu ingin mengungkapkan
perasaannya, minta ia berbicara dengan orang paling dekat atau penolong.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya bahwa ibu perlu beristirahat, dukungan moral
dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali dalam waktu
dekat.
2. Asuhan
lanjutan bagi ibu
Payudara ibu akan mengalami pembengkakan dalam 2-3
hari. Mungkin juga timbul rasa demam selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi
pembengkakan payudara dengan cara sebagai berikut:
a. Gunakan
BH yang ketat atau balut payudara dengan sedikit tekanan menggunakan selendang
/kemben/kain sehingga ASI tidak keluar.
b. Jangan memerah
ASI atau merangsang payudara.
3. Asuhan tindak
lanjut: kunjungan ibu nifas.
Anjurkan ibu untuk kontrol nifas dan ikut KB
secepatnya (dalam waktu 2 minggu). Ovulasi bisa cepat kembali terjadi karena
ibu tidak menyusukan bayi. Banyak ibu yang tidak menyusui akan mengalami
ovulasi kembali setelah 3 minggu pasca persalinan. Bila mungkin, lakukan asuhan
pascapersalinan di rumah ibu.
4. Asuhan tindak
lanjut pascaresusitasi
Sesudah resusitasi, bayi masih perlu asuhan lanjut
yang diberikan melalui kunjungan rumah. Tujuan asuhan lanjut adalah untuk
memantau kondisi kesehatan bayi setelah tindakan resusitasi.
Kunjungan rumah (kunjungan neonatus 0 – 7 hari)
dilakukan sehari setelah bayi lahir. Gunakan algoritma Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM) untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi, menentukan tindakan
dan pengobatan serta tindak lanjut. Catat seluruh langkah ke dalam formulir
tata laksana bayi muda 1 hari – 2 bulan.
a. Bila
pada kunjungan rumah (hari ke 1) ternyata bayi termasuk dalam klasifikasi merah
maka bayi harus segera dirujuk.
b. Bila termasuk
klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali pada hari ke 2.
c. Bila
termasuk klasifikasi hijau, berikan nasihat untuk perawatan bayi baru lahir di
rumah.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan
fungsi sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu
sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula.
Tujuan resusitasi adalah
memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia, untuk oksigenasi darurat, mempertahankan jalan nafas yang bersih,
membantu pernapasan, membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan,
untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2.
Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru
lahir setiap menolong persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu
yang sangat berharga, walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera
bernafas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan
adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan
persiapan diri(bidan).
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL
perlu resusitasi, tindakan harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan dapat
membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang kering. Pemotongan tali pusat
dapat dilakukan di atas perut ibu atau di dekat perineum.
3.2. Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan
memahami tentang resusitasi pad bayi baru lahir karena merupakan
salah satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitandengan profesinya nanti.
Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan
secara nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar